Pengertian dan Sejarah
Perkembangan Desain Grafis
Assalamualiakum, dan salam
sejahtera buat semuanya, terima kasih yang sebesar-besarnya karena sudah mengunjungi blog saya
ini, untuk artikel saat ini, saya akan membahas tentang Pengenalan Desain
Grafis yang terdiri dari pembahasan tentang Pengertian Desain Grafis kemudian
dilanjutkan dengan Histori/Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis.
Apa
Itu Desain Grafis ?
Desain Grafis berasal dari 2
buah kata yaitu Desain dan Grafis, kata Desain berarti merupakan suatu proses perancangan
, langkah-langkah atau perbuatan. Dengan
tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan objek yang akan nyata dibuat.
Contoh : Ketika suatu
bangunan akan dibangun atau didirikan pastilah di buat suatu rancangan atau
pendiskripsian dari objek bangunan yang akan dibangun tersebut (sketsa gambar)
nah sketsa gambar itu merupakan sebagian kecil contoh dari suatu desain grafis.
Sedangkan Grafis adalah
titik atau garis yang berhubungan dengan cetak mencetak. Jadi dengan
demikian Desain Grafis adalah kombinasi kompleks antara
kata-kata, gambar, angka, grafik, foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran
khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini,
sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus atau sangat berguna dalam
bidang gambar. Kemudian merujuk dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas, Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang
menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin.
Dalam desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi
simbol-simbol yang bisa dibunyikan. desain grafis diterapkan dalam desain
komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain
grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang
dihasilkan (rancangan), ataupun disiplin ilmu yang digunakan (desain). Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan
keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi ilustrasi,
fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak..
Sejarah dan Perkembangan
Desain Grafis.
Di
era sekarang ini design grafis sudah sangat popular dan bahkan hampir setiap kegiatan
kita berhubungan dengan design grafis. Banyak tercipta para designer-designer
grafis muda yang professional, karena pada dasarnya kunci utama design grafis
adalah mempunyai banyak ide. Tapi tahukah anda sejarah awal mula design grafis?
Dan tentunya kita perlu mempelajari perkembangan dan sejarah design grafis.
Untuk itu pada kesempatan kali ini, awalmula.com akan mengutip sedikit
perjalanan atau perkembangan dan sejarah design grafis dari tahun ke tahun
hingga sampai saat ini, untuk menambah wawasan kita terutama dalam dunia design
grafis. Seperti yang kita ketahui, kunci utama dalam design grafis adalah
mempunyai banyak ide dan mampu menguasai beberapa software-software design
grafis seperti desktop publishing, webdesign, audiovisual dan rendering 3
Dimensi.
Pelacakan
perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak peninggalan manusia
dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar
(pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena
gambar dianggap lebih
bersifat langsung dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora,
fauna,landscape dan lain-lain). Tulisan/ aksara merupakan hasil konversi gambar,
bentuk dan tata aturan komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum
ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai
media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding
gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di
dinding gua Lascaux, Perancis.
Lambang/ aksara
sebagai alat komunikasi diawali oleh bangsa Punesia (+ 1000 tahun SM), yang
saat itu menggunakan bentuk 22 huruf. Kemudian disempurnakan oleh bangsa Yunani
(+ 400 tahun SM) antara lain dengan mengubah 5 huruf menjadi huruf hidup.
Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukkan Yunani,
membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikannya
kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani.
Pada awalnya bangsa Romawi menetapkan alfabet dari Yunani tersebut
menjadi 21 huruf : A,
B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf
Y dan Z ditambahkan dalam alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal
dari bahasa Yunani. Tiga huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad
pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26. Ketika
perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua, buku
menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum
ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan.
Konon untuk penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna
memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat
serta untuk mempercepat kerja para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf
Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-tebal
dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini karena
ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan
keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan
dalam jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.
Era
Cetak.
Desain
grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban manusia
saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg
(1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model
tekanan menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk
menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan
produksi buku secara massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari
ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa. Tahun 1450 Guterberg
bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu oleh Peter
Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin
Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan
Gutenberg tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman
terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi).
Ilustrasi pada masa itu cenderung realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya
antara lain Lucas Cranach dengan karyanya “Where of Babilon”.
Pada perkembangan
berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi.
Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan tehnik cetak tinggi,
teknik cetak lithografi menggunakan tehnik cetak datar yang memanfaatkan
prinsip saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari
master cetak yang menggunakan media batu litho. Tehnik ini memungkinkan untuk
melakukan penggambaran secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran
besar, juga memungkinkan dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini
mendukung pesatnya perkembangan seni poster. Masa keemasan ini disebu-sebut
sebagai “The Golden Age of The Poster”. Tokoh-tokoh seni poster tehnik
lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya besarnya “Eldorado:
Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina
Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain
Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.
Batasan Media Design
Grafis.
Desain grafis pada
awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur.
Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga
diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain
interaktif atau desain multimedia. Batas dimensi pun telah berubah seiring
perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi
sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
Prinsip dan Unsur
Design.
Unsur dalam desain
grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur
tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna)
membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut,
seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi (“proportion”)
dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek structural komposisi yang lebih
luas.
Refrensi :